
Istilah quarter life crisis merupakan istilah dalam psikologi yang mengacu pada kondisi mental seseorang yang memasuki masa dewasa pada usia 20-30 tahun, yang umum dialami hampir semua orang.
Penyebab krisis ini adalah Anda sering merasa berada di bawah tekanan oleh keluarga maupun lingkungan sekitar. Anda belum menentukan tujuan hidup sesuai dengan keyakinan dan nilai Anda. Tak hanya itu, orang-orang yang pernah mengalami quarter life crisis bahkan sering mempertanyakan eksistensi dirinya sebagai manusia. Beberapa orang merasa bahwa mereka tidak memiliki tujuan dalam hidup.
Kenali Apa itu Quarter Life Crisis?
Quarter Life Crisis adalah saat ketika seseorang merasa cemas, ragu, gelisah dan bingung tentang tujuan hidupnya. Kekhawatiran ini sering kali mencakup pekerjaan, romansa, hubungan dengan orang lain, keuangan, dan banyak lagi.
Emosi negatif ini sering menimbulkan perasaan stres, depresi, atau gangguan psikologis lainnya. Meskipun sebagian besar tahap ini berada pada rentang usia 20-30 tahun. Seseorang menghadapi krisis ini pada usia 18 tahun, tetapi itu sangat jarang.
Orang yang mengalami krisis seperempat kehidupan seringkali tidak mampu menghadapinya. Hal ini dapat menyebabkan individu meragukan kemampuan mereka untuk menghadapi badai kehidupan dengan baik.
Menurut Dr. Oliver Robinson, seorang peneliti psikologi dan dosen di University of Greenwich, London, Quarter Life Crisis memiliki empat tahap, yaitu:
- Pertama, perasaan terjebak dalam suatu situasi, entah itu pekerjaan, hubungan, atau yang lainnya.
- Kedua, harapan bahwa hidup akan berubah.
- Ketiga, mulai membangun kembali kehidupan baru Anda.
- Keempat, memperkuat komitmen seputar aspirasi, motivasi, dan tujuan.
Cara Menghadapi Quarter Life Crisis
Berapa lama Anda bertahan di tahap quarter life crisis ini tergantung pada bagaimana Anda bereaksi terhadap situasi tersebut. Jangan berlama-lama dalam krisis emosional karena hal itu dapat menghalangi kebahagiaan Anda. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan umtuk menghadapi fase quarter life crisis dan fokus pada tujuan Anda.
1. Bersabarlah dengan proses
Manusia sudah memiliki jalan kesuksesan masing-masing. Semuanya tergantung pada usaha dan konsistensi untuk mencapainya. Proses dan jangka waktu untuk mencapainya juga berbeda karena setiap orang memiliki timeline hidup masing-masing.
Anda bukanlah orang yang sempurna, tetapi orang yang berusaha menjadi lebih baik dan mencoba berbagai pilihan untuk mendapatkan hasil terbaik. Jika tidak berhasil, maka bersabarlah. Karena kesabaran bukan berarti menyerah.
2. Lakukan apa yang membuatmu nyaman
Selama fase transisi yang menguras emosi, Anda disarankan untuk melakukan hal-hal yang membuat Anda merasa nyaman. Mainkan musik atau olahraga untuk meningkatkan mood Anda, dan baca buku self-help untuk meningkatkan motivasi.
Jangan memaksakan diri untuk melakukan hal-hal yang membuat Anda tidak nyaman. Yang paling Anda butuhkan saat ini adalah ketenangan dan kepercayaan bahwa semuanya akan baik-baik saja.
3. Jauhi orang-orang dengan pengaruh negatif
Selain merasa nyaman, kamu juga membutuhkan orang-orang di sekitarmu yang bisa memberikan aura positif. Pilih dengan bijak dan jangan masuk ke hubungan yang negatif yang memengaruhi emosi Anda. Persahabatan harus positif dan saling membangun serta tidak mengganggu kedamaian batin Anda.
4. Temukan hobi untuk mengurangi stress
Memiliki aktivitas atau hobi favorit tidak hanya membantu menghilangkan rasa lelah, tetapi justru dapat membuat hidup lebih sehat. Memiliki hobi yang positif bisa membuat hidup lebih sehat dan menjauhkan kita dari berbagai penyakit.
5. Jangan bandingkan dirimu dengan orang lain
Ketika Anda melihat kesuksesan orang lain, maka jadikan hal itu sebagai pendorong semangat, dan jangan malah membuat Anda merasa terpuruk dan kecewa hanya karena Anda belum sukses. Jalan hidup dan cerita setiap orang berbeda-beda. Fokus pada tujuan dan kehidupan Anda, dan nikmati prosesnya.